Koneksi antar materi modul 3.3



Modul pamungkas, salam dan bahagia 🙏

Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

Oleh: Abdulloh



CGP Angkatan 7 Kelas 255A Bangkalan


Dibimbing oleh :



Pengajar Praktik : Umriyah 


Dan..



Fasilitator : Nur Muhammad




Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan koneksi antarmateri yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.

1.Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?

Perasaan saya sangat bangga dan bahagia menjadi CGP dimana saya mendapatkan kesempatan untuk mempelajari modul penutup yaitu modul 3.3 ini “pengelolaan program yang berdampak positif pada murid”. Saya merasakan bahwa upgrade diri dalam bentuk wawasan dan keilmuan. Yang nantinya bisa saya gunakan sebagai senjata untuk mewujudkan kepemimpinan murid (student agency) dan membangun lingkungan yang menumbuhkan kepemimpinan murid. Selain itu yang terpenting adalah peranserta dalam keterlibatan komunitas untuk membangun student agency.

Saya juga semakin paham tentang bagaimana penyusunan program/kegiatan skeolah yang berpihak pada murid dan tentunya membangun student agency. Pada dasarnya murid memiliki potensi yang dapat kita gali dan tebalkan dengan menampung ide dan gagasan yang keluar dari suara mereka, walaupun suara itu berupa gagasan yang mungkin dianggap remeh temen namu dibalik hal tersebut dapat menjadikan kekuatan yang mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Sebelum mempelajari modul ini saya merasa bahwa dalam menyusun program/kegiatan sekolah tidak perlu melibatkan murid, akan terapi setelah mempelajari modul 3.3 ini. peran murid sebagai student agency justru menjadikan suara, pilhan dan kepemilikan murid tumbuh dengan baik sehingga murid lebih bertanggung jawab dengan program sekolah dan program yang akan dijalani akan lebih mengena pada murid itu sendiri, dari murid untuk murid.

2. Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?

Ki Hajar Dewantara dengan filosofinya mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran haruslah berpusat pada murid, kita sebagai pemimpin bembelajaran harus secara sadar dan terencana untuk menumbahkan ekosistem yang mendukung pembelajaran murid yang merdeka sehingga mampu menjembatani mereka sesuai dengan kodratnya masing-masing. Merdeka belajar merupakan tujuan utama yang harus menjadi ujung tombak pemikiran, Sehingga menjadikan murid sebagai subyek pembelajaran bukan sebagai obyek pembelajaran. Hal ini karena sejatinya murid memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri dan mengoptimalkannya. Guru seperti seorang petani yang menumbuhkan kepemimpinan murid, sehingga murid memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembeajarannya sendiri yang akan membekas dalam proses pembelajarannya. Sejatinya kita sebagai guru dan pemimpin pembelajaran haruslah membimbing murid dengan membangun lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid itu sendiri. Melalui student agency ini maka akan mewujudkan dan mendukung tumbuhnya profil pelajar Pancasil, maka peran keterlibatan komunitas juga haruslah dibangun agar dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid baik di lingkungan sekolah dan luar sekolah nantinya.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran bisa mendesain suatu program/kegiatan sekolah yang berpihak pada murid hendaknya memenuhi tahapan 5D/ BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) sehingga program yang terwujud akan lebih tearah dan tertata. Konsep BAGJA ini hadir sebagai model manajemen untuk mewujudkan perubahan yang membantu mewujudkan murid merdeka belajar di sekolah.

Konsep ini dikenal dengan strategi 5D yaitu Define, Discovery, Dream, Design and Destiny. Define diartikan pentingnya menentukan suatu arah dan tujuan dari program yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan utama yang dibuat untuk mengarahkan kepada penelusuran hal-hal yang akan dilakukan. Discovery diartikan sebagai cara untuk menemukan potensi terbaik yang dimiliki atau dikenal dengan tahap pencarian jati diri. Dapat dilakukan dengan mengambil pelajaran pada peristiwa yang terjadi sebelumnya. Dream diartikan dengan harapan, mimpi dan segala hal yang mungkin menjadi cita-cita bersama melalui program yang direncanakan. Tentunya mimpi ini dapat dicapai jika ada kolaborasi dan dukungan dari seluruh warga sekolah serta stakeholder yang ada. Design merupakan rancangan langkah strategi untuk melaksanakan program. Strategi yang efektif diperlukan untuk mencapai visi misi. Hal ini dapat dikembangkan ke hal-hal positif yang menjadikan murid merasa aman, nyaman dan bahagia. Sehingga, diperlukan Destiny atau cara membangun budaya melalui inovasi pembelajaran dan kreativitas yang tinggi dalam model pembelajaran.

3. Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?

Keterkaitan yang dapat Saya lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya antara lain sebagai berikut :

1. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara

Filosofi KHD bahwa Pendidikan adalah proses menuntun tumbuhnya kodrat murid sesuai dengan zaman dan alamnya melalui penerapan murid merdeka, maka sebagai pemimpin pembelajaran guru sebagai pengelolaan program yang berdampak pada murid hendaknya menebalkan dan menuntun tumbuhnya kodrat murid dengan konsep dan penerapan merdeka belajar. Potensi dan suara murid dapat terwadahi dengan baik sehingga dapat mendispersikan rasa memiliki/kepemilikan yang tinggi dalam diri murid.

2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Komunitas belajar sangatlah penting dan hendaknya selalu bergerak dan menggerakkan semua komponen Pendidikan. Selalu aktif berpatisipasi dalam menunjang program sekolah/kegiatan sekolah yang berpihak pada murid dengan prestasi dan karya didalamnya. Komunitas juga harusnya sangat bisa terlibat aktif dalam membangun ekosistem yang menunjang program sekolah/kegiatan sekolah yang berpihak pada murid, baik dalam intra ataupun ekstra kurikuler. Hal ini akan menjadi landasan nilai pembeda sebagai guru penggerak yang harus menggerakkan komunitas. Sehingga menumbuhkan lingkungan yang arif bijaksana dan menggali potensi murid dengan tanpa melupakan adab. Dengan semua yang telah dilakukan secara maksimal maka akan tumbuh menjadi student agency yang berprofil pelajar Pancasila demi terciptanya generasi beradab.

3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Visi guru penggerak dengan konsep pemimpin pembelajaran yang harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang berpihak pada murid dan melakukan penerapan secara nyata rencana serta program baik untuk kelas dan sekolah. dukungan para pemangku kepentingan (stake holder) sangat mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid, maka dari itu guru penggerak wajib berkolaborasi gunak memaksimalkan ketercapaian program yang baik.

4. Modul 1.4 Budaya Positif

Pengelolaan program yang berpihak pada murid sangat didambakan agar dapat memberikan dampak pembeda dalam terwujudnya budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif ini pastinya akan memberi dampak positif bagi sekolah dan murid agar tumbuh kembang sesuai kodratnya masing-masing menujua kebahagiaan dan keselamatan.

5. Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Menyusunan dan mengelolaan program/kegiatan sekolah yang berpihak pada murid sesuai dengan pemetaan kebutuhan belajar murid dengan segudang keunikan yang luar biasa, contohnya seperti kesiapan belajar murid, minat belajar dan profil belajar murid. Pemenuhan kebutuhan belajar murid ini menjadi penting karena disnilah awal seorang guru membangun kepercayaan dan komitmen dengan murid. Nantinya akan menjadikan murid memiliki profil pelajar Pancasila secara utuh.

6. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Program/kegiatan sekolah yang tentunya berpihak pada murid harus mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional demi mewujudkan keterampilan sosial emosiaonal siswa dalam kehidupan baik didalam kelas hingga dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran penuh (mindfullness) pada murid. Hingga nantinya murid merasa bahagia , tenang, fokus, berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam melakukan program sekolah dengan rasa milikan program ini.

7. Modul 2.3 Coaching

Coaching akan menjadi salah satu langkah yang sangat mendukung dalam menggali potensi/ide/gagasan rekan sejawat dan murid, hal ini dikarenakan melalui coaching ini akan dIdapatlan solusi dalam diri untuk setiap rintangan dan masalah yang akan dihadapi. Pentingnya proses coaching adalah untuk memunculkan tiga aspek student agency yaitu suara, pilihan dan kepemilikan program oleh murid itu sendiri.

8. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Menyusunan dan mengelolaan program sekolah maka sangat dianjurkan untuk menggunakan tahapan BAGJA, dimana dalam setiap langkahnya harus ada kemampuan untuk bisa mengambil keputusan yang mendalam dan berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran sebagai agen perubahan, haruslah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab. keputusan yang diambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilakukan, tidak berpihak pada satu golongan namun untuk kebaikan dan kesuksesan program brsama. tentunya keputusan tersebut telah harus memperhatikan 3 prinsip berfikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Mengapa demikian? agar mendorong rasa percaya diri, keselamatan dan kebahagiaan murid serta seluruh pihak yang terlibat dalam setiap program nantinya.

9. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Mengelolaan program yang akan dirancang nantinya haruslah selalu berpatokan pada prinsip kebermanaannya yaitu untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pengelolaan program ini harus didukung oleh identifikasi aset serta modal yang dimiliki oleh sekolah itu sendiri. Sehingga setiap sekolah akan memiliki perbedaan dan ciri khas ‘nilai jual’ yang pemanfaatan dan pengefektifannya sesuai dengan sumber daya yang dimiliki serta akan menjadi prioritas yang perlu diperhatikan oleh seluruh ekosistem sekolah.

10. Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid

Setelah mempelajari materi dalam modul 3.3 dan saya coba kaitkan dengan modul lain sebelumnya secara menyeluruh, maka didapatkan benang merah bahwa peran guru penggerak harus selalu mencoba untuk terus tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas praktisi sekolah. Hal ini dilakukan untuk menjadi pengembangan sebuah program yang berpihak dan bermakna pada murid. Guru penggerak nantinya juga harus bisa meng-upgrade dirinya semata-mata untuk meningkatkan kualitas belajar murid melalui pengelolaan program yang berdampak pada murid. Sehingga tumbuhlah sikap mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif menuju murid merdeka dan beradab sesuai profil pelajar Pancasila yang didambakan.

Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?

Setelah saya mencoba mengkoneksikan antara modul yang telah dipelajari dalam PGP ini hingga terakhir adalah modul 3.3 ini, maka terpatrilah dalam diri saya selaku CGP bahwa semua modul terangkai dengan apik, menarik dan runut hingga akhirnya saya sebagai CGP sekaligus pembelajar menjadi lebih matang dalam menjadi salah satu bagian transformasi pendidikan. Berharap bisa memberikan arah yang baik dalam terwujudnya visi Pendidikan Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan agama yang saya anut hingga filosofi Ki Hajar Dewantara. Saya sebagai CGP harus mampu menyusun dan merancang program yang berdampak positif dan berpihak pada murid. CGP sangatlah berperan penting dalam menumbuhkan student agency di sekolah dengan kolaborasi dan pemetaan aset.

Praktiknya, guru Penggerak akan melibatkan murid dalam penyusunan program melalui tahapan BAGJA, selain itu pastinya butuh dukungan juga dari kolaborasi yang baik antar komponen ekosistem sekolah. pelaksanaanya pasti melibatkan murid dan rekan sejawat untuk kemudian dievaluasi melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Guru, komunitas dan murid juga akan membangun lingkungan yang dapat mewujudkan student agency di sekolah, sehingga aksi nyata saya nantinya akan mengembangkan program ekstrakurikuler SEL (ScienceExpeditionLearning.com) yang sudah berdiri dari 2015. Aspek apa yang akan dikembangkan didalamnya? Yaitu menambahkan didalamnya unsur literasi yang kuat yang awalnya ada majalah akhir pekan (makan) yang akan dikolaborasikan dengan komunitas CGP Angkatan 7 Kab. Bangkalan yaitu komunitas penggerak literasi Bangkalan (kompak terbang) untuk melatih menulis hingga menerbitkan buku dan berperan aktif dalam kolaborasi lainya. Selain itu saya dan rekan sejawat akan coba program yang dibuat kami dalam hasil kolaborasi kontekstual bernama Lil GoTa (literasi go Tahfidz Al Qur’an ) dengan menjadi program intra kurikuler sekolah.

Penjabaran program sebagai berikut :

1. SEL menjadi ekstrakurikuler salah satu pencanangan minat adalah menulis untuk dilatih dan aksinyatanya dalam program ini berlabuh pada fokus karya penerbitan buku. Tahun ini kami sudah mencoba bekerja sama dengan sagusatal IGI sebagai fasilitator percetakan. Kegiatan ekstrakulikuler jam 2.30 hingga 16.00 atau selepas jam pelajaran usai hingga jam 20.30 (menyesuaikan kondisi dan kebutuhan).

2. Lil GoTa menjadi intrakurikuler yang diproyeksikan untuk pada kelas 7 sampai 8 dengan target minimal juz 30 dengan tahapan menghafal bersama 10 menit dijam pertama pada hari Jumat pagi dibimbing oleh wali kelas. Setoran hafalan diselepas jam sekolah usai pada hari Sabtu hingga jam 1.30 dibimbing Guru Tahfidz Al Qur’an yang berkopeten didampingi guru agama. Kemudian menghafal makna ayat yang telah dihafal diabntu wali murid dirumah dan direkam kemudian video dikirimkan ke website yang disediakan untuk kemudian menjadi aset literasi digital sekolah. Tak lupa setiap proses yang telah disebut diatas akan terparaf dalam sebuah buku saku penilaian dan perkembangan program Lil GoTa ini.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Semua yang telah dijalani membuat saya mendapat pengalaman luar biasa untuk pertama kalinya setelah menjadi guru selama 22 tahun. Dengan dapat mempelajari secara tuntas dari modul 1.1 hingga modul 3.3 dalam PGP ini singgah berkah yang luar biasa. Saya semakin percaya diri untuk menjadi guru penggerak, saya berfikir bahwa saya adalah salah satu bagian aset didalam sekolah dengan aset lainya. Emosi awal dari tidak bermonat mendaftar PGP hingga akhirnya malah ketagihan nugas dan ngonten tiap modulnya sehingga hidup ini serasa lebih hidup dan bermakna dalam berkarya. belajar dari minder bertemu orang-orang hebat dalam program ini kemudian termotivasi untuk bisa menjadi pemimpin pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.

Mencoba terlibat aktif dalam komunitas hingga membuat gerakan komunitas bersama seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu melalui PGP ini saya membawa sedikit perubahan di sekolah saya yaitu SMPN 1 Blega. Alhamdulillah, dengan program sekolah yang berdampak bagi murid, mulai dari pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Ekskul yang mengalami perbaikan program dan berharap terus berkolaborasi untuk berkembang menjadi tempat tumbuhnya bakat dan minat siswa. Hal yang perlu saya perbaiki sangatlah banyak, kedepan saya akan terus semangat belajar melalui PMM dan sumber belajar lainnya. Terus berkarya baik ngonten video dan tulisan bahkan menerbitkan karya buku kedepan. Keterkaitannya terhadap kompetensi dan kematangan proses upgrade diri saya adalah modul PGP ini membuat saya lebih baik secara emosional dan sosial dalam menghadapi situasi baik atau buruk dimasa yang akan datang dengan kesabaran dan ilmu yang barokah dalam setiap modul yang telah dijalani.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Implementasi dalam konteks PGP yang saya rasakan adalah lebih mudah dalam mengimplemantasikan setiap modul dalam PGP ini, hal ini dikarenakan penyajian materi disajikan secara runut dengan pendekatan proses MERDEKA ( Mulai dari diri, Elaborasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi Antar Materi, Aksi nyata). Sehingga saya berfikir dalam benak saya di setiap modul yang saya jalani lebih bermakna dan mudah diingat sesuai alur belajar ya g telah disebutkan. Misalnya dalam tahap elaborasi pemahaman melalui pertanyaan kritis untuk memahami Kembali modul serta menggali lebih jauh materi yang masih menimbulkan pertanyaan bagi saya.

Saya juga selalu merasa tertantang dalam mengkoneksikan setiap materi yang telah didapatkan dengan materi baru disetiap modulnya, kemudian mengolah materi yang telah dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru di setiap modul. Selain itu penyusunan program sekolah yang saya selalu lakukan adalah menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal PGP (baik tingkat sekolah maupun daerah) di sekitar sekolah. Jika nantinya muncul tantangan baru, maka saya akan mencoba memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi tersebut. Selain itu tentunya saya tak lupa untuk melibatkan pemangku kepentingan dalam menghadirkan solusi atau gebrakan baru tersebut Sebagai alternatif tantangan yang saya hadapi.

Pastinya semua CGP dalam prosesnya sangat menantikan tantangan Aksi nyata Apa disetiap modulnya. Mengapa ? Karena inilah alur terakhir dari urutan belajar MERDEKA sebelum membuat jurnal refleksi Dwi Mingguan nantinya. Banyak momen yang tak bisa dilupakan dalam proses perjuangan kami sebagai CGP untuk berjuang dalam mengikuti setaip Lika liku LMS.

Membuat keterhubungan

Pengalaman masa lalu yang membuat saya belum menjadi sosok guru sepenuhnya, seperti kurang sabar dan hanya berpatokan pada nilai akademik murid saja. Hal inilah yang membuat saya terus belajar dan terus belajar untuk meng-upgrade diri. Barokalloh, malah dari masa lalu itu saya mulai belajar dan mneggali potensi dan aset dalam diri ini untuk menjadikan masa depan yang penuh semangat dan karya sesuai perkembangan zaman yang ada sebagai pembelajar sampai akhir hayat. Berawal menyajikan pembelajaran konvensional, yang Alhamdulillah kini menjadi CGP yang akan menjadi GP dengan jurus pembelajaran berdiferensi.

Melangkah jauh untuk terus berkembang dengan semakin banyaknya wawasan dan insight baru untuk menjadi agen perubahan dan salah satu dari ujung tombak transformasi pendidikan Indonesia. Berharap juga akan membawa kemajuan kearah yang lebih baik dengan sifat membumi dan filosi padi yang diterapkan dalam diri. Tentunya keterkaitan seluruh modul akan saya coba implementasikan di masa kini dan yang akan datang.

Melalui penyusunan program yang berpihak dan berdampak positif bagi murid, maka saya akan membentuk student agency yang akan menumbuhkan minat, bakat dan keunikan murid sesuai kodratnya masing-masing. Saya sangat berharap dengan segala praktik baik dan ilmu yang insyaallah penuh barokah ini semoga menjadi inspirasi bagi guru yang lain untuk berkolaborasi dan bergerak bersama demi tercapainya merdeka belajar.




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer