Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Abdulloh Aup Jurnal Dwi Mingguan aupdentata

Assalamualaikum
Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan bahagia ♥️
Ketemu lagi di Jurnal Refleksi Dwi Mingguan, Sebelumnya perkenalkan kami :




Pada kesempatan kali ini saya akan menggunakan model refleksi 5R atau diadaptasikan dalam bahasa Indonesia menjadi 5M.


Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:

1. Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi

2. Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.

3. Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.

4. Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.

5. Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.


Yuk langsung pada pembahasannya 🤗 :




1. Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi

Pada modul ini selain dilaksanakan setelah bulan ramadhan usai juga dimulainya pemberkasan PPPK yang dilaksanakan oleh penulis. Jadi bisa dibayangkan betapa harus mengatur jadwal secaraekstra agar semuanya bisa terlaksana dengan baik. Namun ada kebahagiaan yang dinanti yaitu akhirnya seletalah lebaran kami bisa berjumpa lagi via gmeet untuk saling bermaaf-maafan. Kemudian langsung lanjutkan semangat dengan pemaparan dari bapak Nur Muhammad selaku Fasilitator kelompok 255A & 255B.

Akhirnya paparan materi modul 3.2 tentang 'Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya' yang menambah wawasan kami sebagai calon pemimpin dimasa yang akan datang. Kami mendapatkan bawa banyak aset yang harus dimaksimalkan termasuk kami sendiri didalamnya demi kemajuan sekolah pada lingkup kecil dan transformasi pendidikan Indonesia secara sekala besarnya. Semua ini harus dengan saling mendukung kelebihan dan meninggalkan kekuranga, berfokus pada yang positif agar pergerakan ini menjadi lebi stabil dan terlaksana dengan baik.

Berikutnya bapak fasil mengirim anggota BOR untuk berdiskusi berikut ini pengkelompakanya :



Tergantung dalam BOR 1 penulis bersama empat Srikandi hebat yang dimiliki kabupaten Bangkalan. Guru BK yang sabar, calon kepala sekolah yang keren, Guru SD yang keibuan serta Guru Prakarya yang bergelar sarjana fisika multitalenta. Sudah bisa ditebak bukan jalanya diskusi di BOR 1?. sungguh diri ini semakin merasa kecil diantara orang-orang hebat ini. Diskusi berjalan lancar hingga beberapa peserta bergantian izin sholat terlebih dahulu agar semua bisa terlaksana antara ibadah dan PGP ini.

Alhamdulillah bapak fasil mengakhiri dengan berharap pertemuan berikutnya untuk seperti biasanya di Ruaang kolaborasi kita presentasi kelompok. Akhirnya tiba waktu tersebut, ternyata ada kendala yang harusnya BOR 1 presentasi pada urutan pertama dapat diundur oleh bapak fasil ke kesempatan terakhir atau urutan ke-3. Mengapa? Ternyata desain di Canva Hilang, wal hasil gercep untuk menyusunnya kembali untung saja bahan narasi kami ada di file dokumen yang bisa kami kopas. Bisa jadi pelajaran untuk dikemudian hari, berikut anggota kelompok kami :


Penugasan :




Saat presentasi :



Cek lengkapnya bisa pada video berikut :


Setelah semuanya selesai dan merefleksikan kegiatan ini yang terakhir angan lupa diakhiri denga foto bersama dan doa :


Bersambung... lanjut menanti ELABORASI KONSEP YA.... Nantikan ceritanya..


Alhamdulillah setelah dengan instruktur yang luar biasa yaitu bapak Slamet Hariono. Dengan paparan dan interaksi yang luar biasa dalam setiap momennya juga menjadi ajang curahan hati tiap CGP dengan kebijakan para pemimpin di sekolahnya masing-masing. Selain itu interaksi antara komponen biotik lainnya seperti antar guru dengan sifat yang awalnya kami rasa negatif ternyata menjadi aset positif jika kita mengerti seperti contoh :



Dari sinilah kami terbuka dengan wawasan dan contoh nyata yang baru tentang betapa pemahaman kita tentang aset kebanyak terpaku pada hal negatif dan kita belum berubah membalik yang negatif menjadi aset positif yang bisa kita kolaborasikan juga kombinasikan.


Kata-kata ini yang banyak mengubah kacamata sekaligus sudut pandang saya sebagai pemimpin pembelajaran :


Selain itu pada kesempatan ini instruktur juga memaparkan koneksi antar materi yang luar biasa keren, mengapa? Karena perkata yang mendetai dihubungkan kepada setiap materi modul program guru penggerak seperti berikut ini :







2. Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.

Modul 3.2 tentang 'Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya banyak menjawab pertanyaan selama ini yang mengganjal didalam hati tentang apa saja yang bisa kita manfaatkan sebagai sumber daya berkemajuan. Dari materi yang telah didapatkan sebenarnya sekolah bisa berkembang dan maju jika sekolah memaksimalkan aset yang dimilikinya, mengkombinasikan, dan berkolaborasi untuk kemajuan sekolah.

Sejatinya semua aset akan terkoneksi dengan baik dan dapat dikombinasikan dengan adanya pemimpin yang mampu meramunya menjadi satu kesatuan yang kokoh dengan rasa kekompakan juga loyalitas tinggi pada sekolah. Selain menjadi rumah kedua seorang murid, sekolah harusnya juga menjadi rumah kedua seorang guru dimana disanalah dia bisa berkembang sebagai pembelajar dan pendidik yang bisa mengantarkan muridnya pada kebahagiaan dan keselamatan sesuai dengan filosofi KHD yang telah kita pelajari. 

Hal diatas kadang terbentur akan komitmen diri untuk berkembang dan keluar dari zona nyaman baik guru ataupun sekolah. Menurut saya pribadi sekolah dan guru harus punya gebrakan baru untuk memakai semua aset yang ada yang akhirnya membuat sekolah ini dalam tanda kutip memiliki nilai jual dan pangsa pasar yang kuat untuk berkembang dari banyaknya sekolah yang tumbuh disekitarnya. Saya berkeyakinan dengan adanya pemanfaatan aset ini maka persaingan sehat pun antar sekolah lain akan muncul dan membuat langkah berkemajuan.






3. Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.

Peran guru penggerak sebagai salah satu ujung tombak transformasi pendidikan Indonesia haruslah peka dengan keadaan ini, mengapa? Karena dengan beradaptasi dengan lingkungan kita bisa tetab eksis dan sekolahpun demikian. Contoh di sekolah saya dan disekitar rumah saya banyak sekali penurunan jumlah murid dan akhirnya sekolahnya harus di-merger. Orang tua lebih suka anaknya mondok atau di sekolahkan ditempat pendidikan berbasis agama, mengapa ini terjadi? Kemungkinan besar orang tua lebih percaya dan merasa aman jika anaknya sekolah ditempat tersebut. Kasarnya sekolah kita tidak memberikan rasa aman dan nyaman sebagai tempat pertumbuhan pendidikan putra-putri mereka. 

Hubungan antara masalah diatas dengan aset terlihat jelas yaitu sekolah belum sadar akan aset yang mereka miliki dan memaksimalkannya. Dengan pembelajaran dari modul ini semoga kita bisa membantu dalam mendata sekaligus memaksimalkan semua aset yang kita miliki, kita harus yakin dan kita harus mencobanya sekarang. Ingat kita sudah dibekali pengetahuan mulai dari modul 1.1 hingga sekarang ini. Semua yang kita dapatkan akan menjadi senjata ampuh kita untuk memajukan sekolah kita, Yuk bisa... Yuk merdeka!





4. Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.

Seperti kutipan tulisan saya diatas tentang 'Orang tua lebih suka anaknya mondok atau di sekolahkan ditempat pendidikan berbasis agama, mengapa ini terjadi? Kemungkinan besar orang tua lebih percaya dan merasa aman jika anaknya sekolah ditempat tersebut. Kasarnya sekolah kita tidak memberikan rasa aman dan nyaman sebagai tempat pertumbuhan pendidikan putra-putri mereka' hal ini sudah menjadi bahasan pada ruang kolaborasi kontekstual. Seru sekali karena kita harus terus mengulik lebih dalam aset apa saja yang dimiliki oleh sekolah kita dan bagaimana cara memaksimalkan.

Wal hasil sebaik apapun asetnya jika tidak dimaksimalkan untuk kemajuan sekolah maka akan terasa sia-sia. Dengan bantuan alur BAGJA maka akan menjadi kombinasi yang baik dalam memaksimalkan aset ini. Hal inilah pentingnya pemimpin memiliki kemampuan dalam pengelolaan sumber daya. Satu hal untuk bisa memaksimalkan aset adalah mendata bakat dan minat siswa untuk kemudian dijadikan alat dokumentasi dan promosi sekolah berupa ekstrakurikuler hal ini sudah pernah diteliti dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Mazidah (PDF nya bisak KLIK DISINI). 

Sebelumnya penulis juga pernah melakukannya hal serupa, yaitu pada tahun 2015 bersama rekan sejawat Ibu Afni Laily Hidayah mendirikan gerakan ekstrakurikuler cinta lingkungan bernama SEL (portofolio di www.scienceexpeditionlearning.com) yang hingga kini berdiri. Awalnya kami mendata aset yang dimiliki sekolah termasuk kami dan murid didalamnya dan mendata minat murid. Ternyata kebanyakan murid bosan belajar didalam kelas yang akhirnya kami membuat SEL untuk kegiatannya diluar kelas bahkan aksi nyata dialam sekitar.

Efeknya luar biasa dan menjadi salah satu media dokumentasi sekolah yang otomatis juga mengangkat nilai jual sekolah untuk bisa memberikan pelayanan terbaik bahkan berujung pada prestasi. Secara tidak langsung murid pun akan bercerita kepada orang tua tentang kegiatan ini secara langsung yang menjadi promosi sekolah selai pada semua medsos yang dimaksimalkan oleh SEL. Alhamdulillah berkat semuanya SEL bisa menjadi salah satu nilai jual untuk siswa bisa bersekolah ditempat kami. Kesimpulannya adalah kalau kita tidak pernah mencoba kita tidak akan tahu mana yang bisa kita bisa maksimalkan dan bahkan kita perbaiki. Yuk bersama kita pasti bisa, kolaborasi dan loyalitas kitalah yang paling penting untuk kemajuan sekolah.






5. Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.

Setelah melakukan kombinasi aset dalam bentuk Ekstrakurikuler pun tidak berhasil maka kita sebagai guru penggerak nantinya harus mencoba apa saja aset yang belum kita coba untuk dikombinasikan dan dimaksimalkan. Coba perbaiki dan kembangkan yang telah berjalan sambil lalu kita juga mencari alternatif lain. Saya berkeyakinan kita akan matang dalam melakukan pergerakan demi kemajuan sekolah dimasa yang akan datang. Bisa ngobrol dengan komunitas agar mendapat tambahan inspirasi untuk memperbaikinya dan menggali aset-aset yang bahkan mungkin awalnya sepele dan tak terlihat dan akhirnya kita bisa maksimalkan.

Hati yang tulus berjuang meski awalnya lelah namun jangan lupa kebaikan ini akan dicatat oleh sang maha pencipta sebagai salah satu peninggalan kebaikan kita di dunia ini. Kita harus terus mencoba karena dengan inilah kita menunjukkan syukur kita akan semua nikmat yang telah diberikan. Kita harus menjadi bagian dari transformasi pendidikan ini, bisa menginspirasi bahkan membuat legasi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Yuk jangan lupa berkarya, semangART!



Semoga bermanfaat, sekian terimakasih.... Salam Guru Penggerak!





Komentar

Postingan Populer