Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Kebajikan Sebagai Pemimpin




Alhamdulillah masih bisa produktif dengan kondisi tubuh dalam bulan puasa dan mepet dengan persiapan pemberkasan PPPK hingga ujian awal PPG.

Namun masih bisa mengatur waktu untuk sambil lalu belajar dalam modul 3.1 ini Tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

Kali ini temanya tentang "MUDIK", ceritanya lagi mudik dengan Bapak Fasilitator dan Ibu pengajar Praktik yaitu bapak Nur Muhammad dan Ibu Umriyah. Kami dalam satu mobil untuk mudik 🤭 yuk Boleh perkenalan dulu 🙏




Berikut ini dua "Quotes" sebagai pemantik 🙏





Dan.....




Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka khususnya “Ing Ngarso Sung Tuladha” didapn memberikan teladan yang artinya memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru haruslah memberikan teladan atau contoh praktik baik kepada murid. Setia pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka “Ing Madyo Mangun Karsa” yang pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri.

Guru hanya sebagai penuntut atau pamong yang mengarahkan murid menuju keselamatan dan kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka “Tut Wuri Handayani”. Hal ini menunjukkan berartinya dari belakang hendaknya Seorang memberikan dukungan. Intinya kita sebagai seorang guru harus bisa memberikan dukungan, arahan dan bimbingan kepada para siswa. Guru bertugas menyemangati siswa, mungkin kalau jaman sekarang istilahnya adalah “mem-follow bahkan meng-subscribe” para muridnya agar guru dapat mengetahu dengan jelas alam mereka yang kekinian ini.

Sebagai seorang guru dalam mendukung kreatifitas siswa serta menggali potensinya kita harus mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan berlandaskan kepada 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengambilan keputusan agar mereka meraih merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.


2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Prinsip – prinsip yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusn yaitu :

a. Berpikir berbasis hasil akhir ( End based thinking)

b. Berpikir berbasis peraturan ( Rule based thinking)

c. Berpikir berbasis rasa perduli (Care based thinking)

Setiap pengambilan keputusan yang kita ambil aka nada konsekuensi yang mengikuti serta keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang berpihak kepada murid.



3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali informasi suatu masalah yang sebenarnya terjadi, baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Menggunakan langkah coaching dengan pendekatan TIRTA, kita bisa mengidentifikasi masalah yang sebenarnya terjadi dan membuat solusi untuk pemecahan masalah dengan cara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangatlah ideal apabila digunakan kemudian dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Kaitan coaching dengan Pengambilan keputusan : menurut Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya (potensi pribadi dan professional yang dimilikinya) . Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.



Terkait pertanyaan tersebut Coaching dalam pengambilan keputusan sangatlah penting perannya. sehingga bisa memperbesar persentase baik guru ataupun murid untuk memecahkan masalahnya sendiri dengan solusi atas dirinya sendiri. Pun untuk menjadi kunci membuka potensi yang dimiliki dan memaksimalkan pribadinya.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah banyak sekali membantu saya berlatih untuk mencoba mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Kemudian mengevaluasi apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. TIRTA akronim dari :

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA: Tanggung jawab






4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di dalam kelas bahkan luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing.

Sehingga sangat diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijaksana sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di luar kelas.



5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Berpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari sentuhan pendidik yang mampu menghasilkan solusi yang tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang bisa melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Kita sebagai seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan.Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang akan diambil akan lebih meminimalisir kesalahan, benar dan dapat dipertanggung jawabkan. begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.

Kita ketahui bahwa nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya murid.



6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut.



maka keputusan tersebut nantinya diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.



7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?


Tantangan di lingkungan sekolah saya adalah seringkali keputusan diambil sepihak tanpa melibatkan banyak komponen yang terlibat. Keputusan yang diambil juga secara langsung tanpa melalui tahapan yang tepat sehingga berdampak pada resiko yang sangat besar dan akhirnya membuat lingkungan tidak begitu kondusif. Namun kini Alhamdulillah sudah lebih baik dalam bertindak sabar dan lebih berkepala dingin untuk bisa lebih baik dalam memproses suatu masalah yang ada.

Kerja sama untuk berkolaborasi menyelesaikan hal terkait juga lumayan butuh tenaga ekstra dalam pelaksanaannya. Selain itu kesabaran dan fokus untuk meminimalisir dampak negatif yang bakal ditimbulkan juga terkadang sangat membuat baper dan galau dalam pengambilan solusi dan keputusan yang akan diambil.

Dalam modul 3.1 sangat jelas disebutkan bahwa terdapat 4 paradigma, 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). 



Pengambilan keputusan dilakukan secara seksama melalui proses analisis perkara yang cermat dan akurat menggunakan 9 langkah tadi, maka keputusan yang diperoleh bisa mengakomodasi seluruh kepentingan kepada pihak-pihak yang terlibat. Kemudian akan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, dan nyaman.

Pada dasarnya semua kesulitan ini muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid.



8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Menurut pandangan saya, semuanya sangat tergantung kepada keputusan seperti apa yang akan diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode, media dan sistem penilaian maka pastinya sudah dalam kata gori memerdekakan murid.



Maka hal diatas dapat membantu memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun jangan lupa sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid nantinya hanya akan menjadi sebuah "JARGON" semata dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya. terus, bagaimana nasib generasi INDONESIA berikutnya?. Bapak / Ibu Guru hebat Indonesia inilah yang akan menjadi jembatan yang akan mengantarkannya pada pintu gerbang kemerdekaan kita semua.



9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid. Dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Dimasa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya yang mengutamakan ADAB SEBELUM ILMU.



Dengan paparan diatas harapanya guru menjadi jembatan yang akan menghubungkan masa depan mereka demi tercapainya kebahagiaan dan keselamatan. Selain itu keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid. Kemudian dengan dilaksanakannya pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk akan menambah kepercayaan diri mereka dan rasa dianggap oleh seorang guru akan kebinekaan kemampuan mereka.



10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan kemampuan baru ini bisa menyatakan salah satu filosofi KHD tentang pembelajaran yang harus berpihak pada murid dengan pengambilan keputusan yang tepat pula.

Saat mengambil keputusan haruslah berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan menciptakan ekosistem pembelajaran yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).


Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.


Seiring dalam proses perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral yang akan dihadapi, sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. hal ini dilakukan untuk menemukan dan memutuskan solusi untuk bisa memecahkan suatu masalah yang terjadi. Pun keputusan tersebut haruslah berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.



11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saat menjalankan peran sebagai pendidik, tentu seringkali kita menghadapi situasi ketika kita harus mengambil keputusan dimana didalamnya terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Namun sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang akan diambil. 

Dilema etika sendiri merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang

bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan kelompok (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Guru sebagai pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang menyertainya juga. Pun akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, dan haruslah berpihak pada murid.

Seorang pemimpin pembelajaran, gurupun harus memastikan bahwa keputusan yang akan diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Perhatikanlah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan berikut :

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

5. Pengujian paradigma benar atau salah

6. Prinsip pengambilan keputusan

7. Investigasi tri lema

8. Buat keputusan



12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya mengalami masalah atau kasus yang berkaitan dengan dilema etika. Keputusan yang saya buat saat itu sering kali didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika.

Dalam kasus keyakinan moral atau dilema moral, saya berada dalam situasi seperti itu, tetapi ketika itu terjadi, saya mencoba untuk berpikir dan menganalisis baik buruknya situasi yang saya hadapi dan mengambil keputusan. kolega, teman, atau anggota keluarga yang Anda anggap sebagai teladan atau teladan. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang Anda pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.



13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang sangat saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 adalah saya menjadi lebih percaya diri baik dalam mengambil keputusan hingga menggali informasi awal untuk literatur solusi yang akan diambil sebagai keputusan diri terutama sebagai pemimpin pembelajaran. 

Melalui proses pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif yang minim menimbulkan masalah baru yang lebih besar nantinya. dengan tahapan yang tepat ini saya berharap dapat meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi karena telah melalui tahapan yang seharusnya. 

Saya sangat berharap setiap keputusan yang akan saya ambil kedepannya akan memihak pada murid. Sehingga akan berdampak besar bagi kemajuan pendidikan. Saya juga merasa mendapatkan wawasan baru yang sanagat berharga sebagai individu, terutama ketika melihat masalah yang saya hadapi untuk bekal berproses dan mengembangkan diri kini dan nanti.



14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Saya sangat percaya bahwa hal ini sangatlah penting saya pelajari. Karena pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini akan saya perlukan baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Hal ini juga dapat membantu saya membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh dan penuh emosi.

Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya ambil sebelumnya banyak tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. kekarang yang saya gunakan belum mengakomodir bagaimana keputusan itu akan dibuat dan diaambil. 

Awalnya sangat kebingungan untuk membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan memberi saya wawasan baru dan kepercayaan diri untuk membuat keputusan yang tepat. Mempraktikkan keterampilan ini juga membuat saya kini terbiasa membuat keputusan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh namun membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Terimakasih 









Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer